Tugas Softskill Pertemuan ke 2
NAMA :
LAILA OKTAVIA
NPM :
18211339
KELAS : 3EA17
MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA
TEORI TENTANG PERBEDAAN KARANGAN
1.
Karangan
1.1
Pengertian Karangan
Pada
umumnya, karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atas kegiatan komunikatif
antara penulis dan pembaca berdasarkan teks yang telah dihasilkan (Ahmadi,
1988: 20). Begitu juga istilah karangan (komposisi) yang dikemukakan Ahmadi
(1990: 1) bahwa karangan diartikan sebagai rangkaian katakata atau kalimat.
Selain itu, karangan menurut Gie (1995: 17) memiliki pengertian hasil
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh pembaca.
Sirait,
dkk (1985: 1) memberi batasan pengertian karangan yaitu setiap tulisan yang
diorganisasikan yang mengandung isi dan ditulis untuk suatu tujuan tertentu
biasanya berupa tugas di kelas. Widyamartaya (1990) mengatakan bahwa mengarang
dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh pengarang. Karangan
merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam
tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Karangan
terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh.
Menurut Keraf (1994: 2) karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian
kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi
sebuah wacana yang dibaca dan dipahami. Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan
seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya.
1.2
Ciri-Ciri Karangan yang Baik
Pada
dasarnya, karangan memiliki ciri-ciri yang bisa mengidentifikasikan bahwa
karangan tersebut dapat dikatakan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Tarigan
(1985:6) karangan yang baik adalah karangan yang mencerminkan kemampuan
pengarang untuk menggunakan nada yang serasi, karangan yang mencerminkan
pengarang mampu menyusun karangan secara utuh dan tidak samar-samar dan dapat
meyakinkan pembaca. Menurut Enre (1998:8) karangan yang baik adalah karangan
yang bermakna jelas, bulat dan utuh, ekonomis dan memenuhi kaidah-kaidah
gramatikal. Akhidiah, dkk (1993:9) menjelaskan karangan yang baik memiliki
beberapa ciri, diantaranya : bermakna jelas, merupakan kesatuan yang bulat,
singkat dan padat, memiliki kaidah kebahasaan dan komunikatif. Selain itu,
Darmadi (1996:24) mengungkapkan bahwa beberapa ciri karangan yang baikadalah :
signifikan, jelas, memiliki kesatuan dan mengorganisasikan yang baik ekonomis,
mempunyai pengembangan yang memadai, menggunakan bahasa yang dapat diterima dan
mempunyai kekuatan.
Berdasarkan
pendapat di atas, terdapat beberapa persamaan ciri karangan yang baik yaitu,
sebagai berikut :
a. Jelas
Aspek kejelasan dalam suatu karangan
sangat diperlukan agar karangan tersebut lebih mudah dipahami dan jelas untuk
dibaca oleh pembacanya.
b. Kesatuan
dan Organisasi
Aspek kesatuan yang baik tampak pada
setiap kalimat penjelas yang logis dan mendukung ide utama paragraf, sedangkan
aspek organisasi yang baik tampak dari posisi kalimat yang tepat pada tempatnya
dengan kata lain kalimat tersebut tersusun dengan urut dan logis.
c. Ekonomis
Ciri ekonomis berkaitan erat dengan soal
keefisienan, baik waktu maupun tenaga. Kedua keefisienan itu sangat diperlukan
oleh pembaca di dalam menangkap isi yang terkandung dalam sebuah karangan.
d. Pemakaian Bahasa yang Dapat Diterima
Pemakaian bahasa yang dapat diterima
akan sangat mempengaruhi tingkat kejelasan karangan. Pemakaian bahasa ini
menyangkut banyak aspek. Pemakaian bahasa dalam suatu karangan harus mengikuti
kaidah bahasa yang ada, baik menyangkut kaidah pembentukan kalimat (sintaksis),
kaidah pembentukan kata (morfologi), kaidah ejaan yang berlaku, kaidah
peristilahan maupun kaidahkaidah yang lain yang relevan.
1.3. Kerangka Karangan
Kerangka
karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan yang akan digarap (Keraf, 1994: 149). Pada dasarnya, untuk menyusun
karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk karangan itu menjadi
karangan yang teratur dan sistematis. Maka, sebelum membuat karangan lebih baik
dibuat susunan-susunan yang dapat memudahkan dalam mengembangkan karangan
tersebut. Susunan-susunan tersebut dapat dikatakan sebagai kerangka karangan.
Adapun
langkah-langkah untuk menyusun karangan tersebut, yaitu sebagai
berikut.
1. Menentukan
tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan,
permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan, cakupannya
lebih besar dan menyangkut pada permasalahan yang diangkat. Sedangkan yang
dimaksud dengan judul adalah kepala karangan, dan lebih pada penjelasan awal
(penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2.
Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada
bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan seperti
mengumpulkan ide dan inovasi. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing
penulis mempunyai cara sesuai dengan tujuan penulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Setelah ada bahan maka perlu dipilih
bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi
bahan yang telah dikumpulkandengan teliti dan sistematis.
4. Membuat kerangka karangan
Kerangka
karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang
lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi
atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu
dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Berikut
fungsi kerangka karangan:
a.
Memudahkan pengelolaan susunan
karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan
setiap permasalahan
c.
Membantu menyeleksi materi yang
penting maupun yang tidak penting
Tahapan
dalam menyusun kerangka karangan:
a. Mencatat gagasan
b.
Mengatur urutan gagasan
c.
Memeriksa kembali yang telah
diatur dalam bab dan subbab
d.
Membuat kerangka yang terperinci
dan lengkap
5.
Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung
pada materi yang hendak ditulis. Pengembangan karangan juga jangan menumpuk
dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus
sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan
cermat.
1.4
Jenis Karangan
Karangan
dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan
argumentasi. Menurut Hastuti, dkk (1993: 107) karangan dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Penjelasan tiap-tiap karangan tersebut sebagai berikut :
a.
Narasi
Narasi adalah uraian yang menceritakan
sesuatu atau serangkaian kejadian,
tindakan,
keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat
rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya
bersifat naratif. Contoh jenis karangan ini adalah biografi, kisah, roman,
novel, dan cerpen.
B.
Deskripsi
Deskripsi adalah suatu karangan atau
uraian yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang seolah-olah masalah
tersebut di depan mata pembaca secara konkret. Contoh karangan jenis ini adalah
karangan tentang peristiwa runtuhnya gedung, yang dilengkapi dengan gambaran
lahiriah gedung itu, sebab-sebab keruntuhan, letak gedung, arsitekturnya,
bagian mana yang runtuh, dan sebagainya.
c. Eksposisi
Eksposisi adalah suatu karangan yang menjelaskan
pokok masalah yang disertai bertambah pengetahuannya terhadap masalah yang
diungkapkan. Contoh karangan jenis ini adalah artikel-artikel dalam surat kabar
atau majalah dan tulisan-tulisan ilmiah.
d. Argumentasi
Argumentasi dalam suatu karangan yang
berisikan pendapat atau gagasan mengenai suatu hal dengan pembuktian-pembuktian
untuk mempengaruhi pembaca agar mengubah sikap merekan dan menyesuaikan dengan
sikap penulis. Ciri-ciri argumentasi adalah mengandung kebenaran dan pembuktian
yang kuat, menggunakan bahasa denotative, analisis rasional, alasan kuat dan
bertujuan supaya pembaca menerima pendapatnya. Contoh jenis karangan ini adalah
kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan pengangkatan,
pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang.
e. Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan yang
isinya bertujuan membujuk, merayu, atau mengajak pihak pembaca agar mengikuti
apa yang dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah
uraian tentang penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain.
2. Karangan
Narasi
2.1 Pengertian
Karangan Narasi
Karangan
menurut (Gie, 1995 : 17) memiliki pengertian bahwa karangan adalah hasil
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh masyarakat pembaca. Sedangkan menurut Keraf (1994 : 2) karangan
adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata-kata sehingga menjadi sebuah
kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.
Karangan
terdiri dari beberapa paragraf yang masing-masing berisi pikiran-pikiran utama
dan kemudian diikuti dengan pikiran penjelas (Widjono, 2007: 175). Maka,
karangan merupakan hasil gagasan yang dituangkan dalam bentuk bahasa tulis
berupa beberapa kalimat yang membentuk paragraf yang dapat dibaca dan dipahami
pembaca. Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangakaian
kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir
sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan
yang gayanya bersifat naratif.
Contoh
jenis karangan ini biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen. Narasi merupakan
suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada
sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Apa yang terjadi tidak lain
tindak tanduk yang dilakukan orangorangdalam suatu rangkaian waktu. Narasi
lebih mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu (Keraf,
2001: 137).
Marahimin
(1994: 93) dalam bukunya yang berjudul Menulis secara populer mendefinisikan
narasi sebagai berikut. Narasi adalah cerita. Cerita ini berdasarkan pada
urut-urutan suatu (atau rangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian
ini ada tokoh (beberapa tokoh) dan tokoh ini mengalami dengan menghadapi suatu
(serangkaian) konflik dengan tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik ini
merupakan alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas antara pendapat satu dengan pendapat yang
lain berbeda. Namun, dari semua pendapat tersebut di atas mengarah pada satu
pengertian yaitu bahwa dalam karangan narasi terdapat adanya peristiwa yang
disusun berdasarkan urutan waktu. Disimpulkan bahwa bahwa karangan narasi
adalah karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa secara runtut.
3. Paragraf
3.1
Pengertian Paragraf
Paragraf
adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana
cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan
nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris
pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.
Selain itu, paragraf adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan
runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat
dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan
terkecil sebuah karangan.
Menurut
Alek, dkk (2010), paragraf memiliki beberapa pengertian yaitu sebagai berikut.
(1)
paragraf ialah karangan mini, (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis yang
terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu
kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu, (3) paragraf merupakan
bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang
mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan
pikiran penjelas sebagai pendukungnya, dan (4) paragraf yang terdiri atas satu
kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan.
Widjono
(2007) menjelaskan bahwa paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri
beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide
yang tersusun secara lengkap, utuh, dan padu. Selain itu paragraf adalah bagian
dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan
satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran
penjelas sebagai pendukungnya.
Enre
(1998: 44) juga menjelaskan bahwa paragraf pada dasarnya adalah wujud pembagian
secara lahiriah dalam kerangka organisasisuatu tulisan yang mempunyai ciri-ciri
kesatuan, ketergantungan, dan penekanan. Ia dapat pula dipandang sebagai satu
kalimat yang diperluas. Paragraf adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang
terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Setiap paragraf hanya berisi satu
pikiran, gagasan atau tema yang direalisasikan berupa satu kalimat dan beberapa
kalimat penjelas. Ramlan (1993: 1) menjelaskan bahwa paragraf merupakan bagian
dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan.
Maka paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh
semua kalimat dalam paragraf tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat
topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat
ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek
(singkat).
3.2
Syarat Paragraf yang Baik
Suatu
paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik apabila paragraf tersebut memiliki
tiga syarat. Syarat yang pertama adalah kesatuan yaitu semua kalimat yang
membina paragraf secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema
tertentu. Syarat yang kedua adalah koherensi yaitu kekompakan hubungan antara
sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf. Syarat
yang ketiga yaitu perkembangan paragraf yaitu penyusunan atau perincian-perincian
gagasan yang membina sebuah paragraf. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan
menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Oleh karena itu, sebuah
karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai
dalam runtutan yang jelas.
Darmadi
(1996: 78), menyebutkan bahwa paragraf yang baik memiliki syarat kesatuan
(unity), kelengkapan (completness), koherensi (coherence), dan urutan pikiran
(order). Menurut Sakri (1992) sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah
paragraf yang baik hendaknya dapat memenuhi tiga sifat, yaitu, sebagai berikut.
(1) memiliki kesatuan, artinya seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan
saja, (2) memiliki kesetalian, artinya kalimat di dalamya berhubungan satu sama
lain, dan (3) memiliki isi yang memadai, yaitu memiliki sejumlah rincian
sebagai pendukung gagasan utamanya.
Wedhawati,
dkk ( 2006: 604) menjelaskan bahwa paragraf yang baik harus memiliki kesatuan
(kohesi) dan kepaduan (koherensi). Menurut Widjono (2007: 180) menyebutkan
bahwa paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan,
keruntutan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.
Alek
(2010) juga menyatakan kohesi dan koherensi yang menjadi syarat adanya penulisan paragraf yang baik.
a.
Kesatuan (kohesi)
Kesatuan atau kohesi ini berkaitan dengan
penggunaan kata-katanya. Pad a satu paragraf bisa saja mengemukakan satu
gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesi jika
kata-kata yang digunakan tidak padu. Kriteria kesatuan atau kohesi ini
menyangkut keeratan hubungan makna antar gagasan dalam sebuah paragraf. Sebagai
satu kesatuan gagasan sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan
utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Oleh karena
itu, rangkaian kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan
satu gagasan utama.
Kesatuan paragraf juga harus
memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu, untuk
menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran.
Paragraf dapat berupa beberapa kalimat, tetapi seluruhnya harus merupakan
kesatuan. Tidak satu kalimatpun yang sumbang yang tidak mendukung kesatuan
paragraf. Apabila dalam satu paragraf terdapat dua gagasan utama atau lebih,
tiap-tiap gagasan utama itu seharusnya dituangkan dalam paragraf yang berbeda.
Sebaliknya, jika dua buah paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, kedua
paragraf itu seharusnya digabungkan menjadi satu.
Berdasarkan penandanya, kohesi dibedakan
menjadi dua, yaitu (1) kohesi gramatikal dan (2) kohesi leksikal. Kohesi
gramatikal adalah hubungan antarsatuan bahasa pembentuk teks dengan penanda
satuan gramatikal tertentu. Kohesi leksikal adalah hubungan antarsatuan bahasa
secara semantik leksikal di dalam teks yang sama. Berikut ini contoh paragraf
yang memiliki penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi dan penanda kohesi
leksikal berupa repetisi. Ing sawijining dina,wonten kerajaan kang makmur.
Rajanipun adil lan wicaksana. Raja iku nduweni putri kang ayu sanget, asmane
Putri Kirana ananging, putri menika kesepian amarga boten wonten kanca. Saben
dina putri menika dolane ana ing alas kang cedhak karo kerajaane.(data no. “Pada
suatu hari, ada kerajaan yang makmur. Rajanya adil dan bijaksana. Raja tersebut
memiliki putri yang cantik sekali, namanya Putri Kiranatetapi, putri itu
kesepian karena tidak memiliki teman. Setiap hari putri itu bermain di hutan
yang dekat dengan kerajaannya.”
Kata amarga pada paragraf di atas,
merupakan konjungsi yang memilikiarti sebab-akibat. Pada kalimat putri menika
kesepian merupakan akibat, sedangkan kalimat boten wonten kanca merupakan
sebabnya. Kata putri menika merupakan repetisi (pengulangan bunyi) yang terjadi
pada paragraf di atas.
b.
Kepaduan (koherensi)
Kriteria kepaduan menyangkut keeratan
hubungan antarkalimat dalam paragraf dari segi makna dan proposisi. Sebagai
suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah paragraf harus memperlihatkan
kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin di dalamnya. Oleh karena itu,
kepaduan paragraf dapat diketahui susunan kalimat yang sistematis, logis, dan
mudah dipahami. Kepaduan semacam itu dapat dicapai jika kalimat-kalimat dalam
paragraf yang berupa penggantian, pengulangan, penghubung antarkalimat atau
gabungan dari ketiganya. Maka suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan
antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya.
Kalimatkalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama
membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satupun kalimat yang menyimpang
dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Koherensi merupakan kekompakkan hubungan
antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk paragraf. Kepaduan
(koherensi) membuat karangan terpadu, konsisten, dan terpahami. Kepaduan itu
tercapai jika ada jalinan dan ada peralihan yang jelas di antara kalimat dan
perenggangan. Ada empat macam cara untuk membangun kepaduan pada suatu
paragraf, yaitu dengan (1) pengulangan kata kunci, (2) kata ganti, (3) kata
transisi, dan (4) bentuk paralel. Berikut ini contoh paragraf yang memiliki
kepaduan. Nalika jaman mbiyen aku sekolah TK ana ing TK Aisyah II Kebumen. Ing kana
aku duwe kanca-kanca akeh banget. Ana sing apikan nanging ana sing nakal. Aku
sering nangis yen ana kanca sing seneng nakal lan jail. Nanging ana kancaku
sing apikan lan kanthi saiki. Kancaku kuwi sing paling cedhak karo aku. Kawit
sekolah TK, SD, SMP mesthi bareng terus. Dadi, wis kaya sedulur dhewe amarga
wis cedhak. „Saat jaman dahulu saya sekolah TK di TK Aisyah II Kebumen. Disana
saya mempunyai teman-teman banyak sekali. Ada yang baik tetapi ada yang nakal.
Saya sering menangis jika ada teman yang suka nakal dan jahil. Tetapi, ada
temanku yang baik dan sampai sekarang. Temanku itu yang paling dekat dengan
saya. Mulai dari sekolah TK, SD, SMP pasti selalu bersama. Jadi, sudah seperti
saudara sendiri karena sudah dekat.‟ (data no 1 dan 2)
Pada paragraf di atas, memiliki kepaduan
yang berupa kata ganti yaitu pada kalimat ana kancaku sing apikan lan kanthi
saiki dan kancaku kuwi. Selain itu, pada paragraf di atas memiliki satu ide
pokok atau gagasan yaitu, membahas tentang teman yang dekat dari sekolah TK,
SD, SMP. 21
3.3 Macam- Macam Paragraf
Paragraf
isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan
penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan
menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh
karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi
dan susunan yang khas, antara paragraf satu dengan yang lain harus saling
berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan karangan.
Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis
dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis. Maka, perlu diketahui
dimana letak paragraf sesuai dengan sifat dan tujuan dari si penulis untuk
menuangkan pokok pikirannya. Menurut Rahardi (2009: 167) macam- macam paragraf
dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu sebagai berikut.
a.
Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka disebut juga dengan
paragraf pengantar, karena paragraf pembuka ini berfungsi untuk membuka dan
mengantarkan pembaca agar dapat memasuki paragraf-paragraf pengembang yang akan
dihadirkan kemudian. Dengan kata lain, paragraf ini membuka suatu karangan
sekaligus menghantarkan pada pokok pikirannya. Paragraf pembuka hendaknya
dibuat semenarik mungkin agar bisa memikat pembaca untuk meneruskan masuk ke
paragraf berikutnya. Penanda suatu paragraf pembuka yang baik, yaitu sebagai
berikut.
1)
Kutipan, peribahasa, anekdot
2)
Pokok pembicaraan
3)
Pendapat atau pernyataan seseorang
4) Uraian
tentang pengalaman pribadi
5) Uraian
mengenai maksud dan tujuan penulisan
6) Sebuah
pertanyaan
Berikut ini contoh paragraf pembuka
tentang uraian pengalaman pribadi penulis pada karangan narasi. Nalika jaman
mbiyen aku sekolah TK ana ing TK Aisyah II Kebumen. Ing kana aku duwe
kanca-kanca akeh banget. Ana sing apikan nanging ana sing nakal. Aku sering
nangis yen ana kanca sing seneng nakal lan jail. Nanging ana kancaku sing
apikan lan kanthi saiki. (data no. 1). „Saat jaman dahulu saya sekolah TK di TK
Aisyah II Kebumen. Disana saya mempunyai teman-teman banyak sekali. Ada yang
baik tetapi ada yang nakal. Saya sering menangis jika ada teman yang suka nakal
dan jail. Tetapi ada temanku yang baik dan sampai sekarang.‟
b.
Paragraf Isi (Pokok)
Paragraf isi (pokok) disebut juga dengan
paragraf peralihan, karena paragraf ini berfungsi untuk menghubungkan
antarparagraf utama dan memudahkan pikiran pembaca beralih ke gagasan lain.
Paragraf pengembang ini mengemukakan permasalahan yang hendak dikemukakan di
dalam suatu karangan. Paragraf ini terletak di antara paragraf pembuka dan
paragraf penutup, serta jumlah paragraf ini tidak ada batasan. Yang menjadi
ukuran dari paragraf ini ,yaitu sebagai berikut.
1)
Menguraikan, mendeskripsikan,
membandingkan, mengontraskan, menjelaskan, memaparkan, menceritakan ide pokok
karangan.
2) Menolak konsep tertentu untuk menopang
ide pokok karangan berupa alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan, dan sebagainya.
3)
Mendukung konsep tertentu untuk
menopang ide pokok karangan berupa alasan, argumentasi, contoh, rincian,
dukungan, dan sebagainya. Berikut ini contoh paragraf penghubung pada karangan
narasi. Kancaku kuwi sing paling cedhak karo aku. Kawit sekolah TK, SD, SMP mesthi
bareng terus. Dadi, wis kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak. (data No.2). „Temanku
itu yang paling dekat dengan saya. Mulai dari sekolah TK, SD, SMP pasti selalu
bersama. Jadi, sudah seperti saudara sendiri karena sudah dekat.‟
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang
berfungsi untuk mengakhiri suatu karangan. Bisa dikatakan bahwa paragraf ini
merupakan kesimpulan atau penegasan kembali pemaparan yang disajikan
sebelumnya. Paragraf ini bisa juga berisi rangkuman dari dari hal-hal pokok
yang dipaparkan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Penanda dari paragraf
penutup, yaitu sebagai berikut.
1)
Menegaskan kembali ide pokok
karangan dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
2)
Meringkas atau merangkum hal-hal
penting yang telah disampaikan dalam karangan
3) Memberikan
kesimpulan, saran, dan/atau proyeksi ke depan
Berikut
ini contoh paragraf penghubung pada karangan narasi.
Anggone
crita-crita ya karo bocah kuwi sing kepenak. Menawa ana masalah dadi bisa
saling mengerteni lan mbantu. Nalika saiki SMA ora bareng aku tetep cedhak lan
sering dolan bareng njaga komunikasi lan silaturahmi. (data No.3). „Untuk
cerita-cerita ya dengan anak itu yang nyaman. Misalkan ada masalah jadi bisa
saling mengerti dan membantu. Saat sekarang SMA tidak bersama, saya tetap dekat
dan sering bermain bersama menjaga komunikasi dan silaturahmi.‟ 4. Macam-Macam
Pola Pengembangan Paragraf Pola pengembangan merupakan bentuk pengembangan
kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas. Dalam sebuah karya tulis
paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Cara-cara atau teknik yang
digunakan dalam pengembangan paragraf ini umumnya tergantung pada keluasan
pandang atau pengalaman penulisan juga materi yang ditulis itu sendiri. Menurut
Sakri (1992), yang dimaksud pola pengembangan paragraf ialah cara penulis
merangkai informasi yang dikumpulkan menurut kerangka dan runtutan tertentu. Paragraf
yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap
paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian,
setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama
dan kalimat-kalimat penjelas yang mendukungnya. Jadi, satu paragraf idealnya
hanya berisi satu gagasan pokok satu topik. Semua kalimat dalam suatu paragraf
harus membicarakan gagasan pokok tersebut. Unsur kelengkapan paragraf mengacu
pada adanya pikiran utama yang berwujud kalimat utama dan pikiran penjelas yang
berwujud kalimat-kalimat penjelas. Kalimatkalimat penjelas haruslah menunjang
kejelasan kalimat utama.
Pola
pengembangan paragraf ini dibagi menjadi 7 jenis oleh Alek, dkk (2010: 224),
yaitu sebagai berikut.
1)
Cara Pertentangan
Pengembangan
paragraf pertentangan adalah pengembangan paragraf yang berusaha memperjelas
paparannya dengan mempertentangkan hal-hal yang dibicarakan. Dalam paragraf
pertentangan melakukan proses argumentasi dengan penolakan. Ungkapan-ungkapan
yang sering digunakan dalam paragraf pertentangan antara lain : beda karo
(berbeda dengan/ bertentangan dengan) , ananging/ ning/ nanging (akan tetapi)
dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara
pertentangan. Nalika jaman mbiyen aku sekolah TK ana ing TK Aisyah II Kebumen.
Ing kana aku duwe kanca-kanca akeh banget. Ana sing apikan nanging ana sing
nakal. Aku sering nangis yen ana kanca sing seneng nakal lan jail. Nanging ana
kancaku sing apikan lan kanthi saiki. (data No.1). „Saat jaman dahulu saya
sekolah TK di TK Aisyah II Kebumen. Disana saya mempunyai teman-teman banyak
sekali. Ada yang baik tetapi ada yang nakal. Saya sering menangis jika ada
teman yang suka nakal dan jail. Tetapi ada temanku yang baik dan sampai
sekarang.‟ Kalimat “aku duwe kanca-kanca akeh banget” merupakan ide pokok atau gagasan
utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat
penjelasnya. Penanda dari paragraf pertentangan ini yaitu adanya kata nanging.
2)
Cara Perbandingan
Pengembangan
paragraf perbandingan adalah paragraf yang berusaha memperjelas paparannya
dengan membandingkan hal-hal yang dibicarakan. Dalam paragraf perbandingan
dikemukakan persamaan dan perbedaan antara dua hal yang tingkatannya sama dan
hal itu memiliki perbedaan dan persamaan. Ungkapan-ungkapan yang sering
digunakan antara lain : podho karo (sama dengan/ serupa dengan), éwamengkana
(meskipun demikian) éwadéné (meskipun), timbang/ tinimbang/ katimbang
(daripada), dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan
cara perbandingan. Bocah lima kuwi ora tau mbajuk karo wong tuane. Ewadene
kulawarga mau uripe pas-pasan. Untung wae akeh tangga-tanggane padha apik karo kulawarga
mau. Dadine akeh wong padha mbantu utawa padha melas karo kulawargane Pak Hadi.
(data No.79). „Anak lima itu tidak pernah membantah kepada orang tuanya.
Meskipun keluarga tadi hidupnya pas-pasan. Untung saja banyak tetangga yang
baik kepada keluarga tadi. Jadinya banyak orang yang membantu atau kasihan pada
keluarganya Pak Hadi.‟ Kalimat “Bocah lima kuwi ora tau mbajuk karo wong tuane”
merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat
selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf perbandingan ini
yaitu adanya kata ewadene.
3)
Cara Analogi
Pengembangan
paragraf analogi mengungkapkan perbandingan suatu objek dengan objek yang lain
yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Paragraf analogi biasanya diungkapkan
dengan kiasan. Kata yang digunakan yaitu : kaya (seperti), upama/ saumpama/
saumpami (seperti), kayata (seperti), kayané (sepertinya) dan seterusnya.
Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara analogi. Selain upacara
kang dianakake ing alun-alun Kebumen, upacara uga dianakake ing saben-saben
sekolah kayata ing sekolahane Amad, Ima, lan Fajar. Ing acara HUT RI kang
dianakake ing sekolahane Amad uga ana lomba-lomba kangge mriahaken acara HUT
RI. Ana lomba cerdas cermat, lomba maca puisi, lan liya-liyane. (data No.17). „Selain
upacara yang diadakan di alun-alun Kebumen, upacara juga diadakan di tiap-tiap
sekolah seperti di sekolahannya Amad, Ima, dan ajar. Di acara HUT RI ada lomba
cerdas cermat, lomba membaca puisi, dan lain-lainnya.‟
Kalimat
“Selain upacara kang dianakake ing alun-alun Kebumen, upacara uga dianakake ing
saben-saben sekolah” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di
atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari
paragraf analogi ini yaitu adanya kata kayata.
4)
Cara Contoh-Contoh
Pengembangan
paragraf contoh digunakan untuk memberi bukti atas penjelasan terhadap
generalisasi yang bersifat umum, agar pembaca mudah memahami dan menerimanya.
Kata yang digunakan seperti contoné (contohnya), tuladhane/ tuladhanipun
(contohnya) dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan
cara contoh-contoh. Di hari minggu
kemarin, saya dan teman saya pergi ke sawah mencari rumput untuk makanan
peliharaan saya. Saya dan teman saya menyebar, yang akan dicari oleh saya dan
teman saya contohnya kangkungkangkungan, krema, mbayung, dan lain-lainnya.‟ Kalimat
“Ing dina minggu wingi, aku lan kancaku lunga meng sawah
5)
Cara Sebab Akibat
Dalam
pengembangan paragraf sebab-akibat, sebab berfungsi sebagai pikiran utama dan
akibat sebagai penjelas, atau sebaliknya akibat sebagai pikiran utama dan sebab
sebagai penjelas. Ungkapan yang digunakan antara lain : kamangka (padahal), akibaté
(akibatnya), akiré (akhirnya), amarga/ amargi/ awit (karena), sebabé (sebabnya), dadi (jadi),
sawisé (setelah), sadurungé (sebelum), lajêng (lalu), mula (maka) dan
seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara sebab akibat.
Kancaku kuwi sing paling cedhak karo aku. Kawit sekolah TK, SD, SMP mesthi
bareng terus. Dadi, wis kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak. (data No.2). „Teman
saya itu yang paling dekat dengan saya. Mulai sekola TK, SD, SMP pasti selalu
bersama. Jadi, sudah seperti saudara sendiri karena sudah dekat.‟ Kalimat “wis
kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak” merupakan ide pokok atau gagasan utama
pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat
penjelasnya. Penanda dari paragraf sebab akibat ini yaitu adanya kata dadi.
6) Cara Definisi
Definisi
adalah uraian pengertian. Pengembangan dengan definisi adalah suatu model
pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara memberikan definisi atau
pengertian terhadap masalah yang sedang dibahas. Kata yang dunakan adalah
yaiku/ yakuwi (yaitu), inggih menika (adalah), kasêbut (disebut) dan
seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara definisi. Jaman
mbiyen sakdurunge sekolah SD, aku sekolah neng TK yaiku TK Tarbiatul Masyitoh,
desa Trikarso. Wektu iku umurku nembe 5 setengah taun. (data No.4). „ Jaman
dahulu sebelum sekolah SD, saya sekolah di TK yaitu TK Tarbiatul Masyitoh, desa
Trikarso. Waktu itu umur saya 5 setengah tahun.‟ Kalimat “Jaman mbiyen
sakdurunge sekolah SD, aku sekolah neng TK yaiku TK Tarbiatul Masyitoh, desa
Trikarso” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas,
sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari
paragraf definisi ini yaitu adanya kata yaiku.
7)
Cara Klasifikasi
Klasifikasi
adalah pengelompokkan sesuatu berdasarkan kesamaan dan perbedaan sifat, ciri,
dan karakter. Pengembangan dengan cara mengklasifikasi atau mengelompokkan
masalah yang dikemukakan. Dengan klasifikasi ini diharapkan pembaca dapat lebih
mudah memahami informasi yang disajikan. Kata yang digunakan adalah
dipunpérang/ kapérang (dibagi), awit wontênipun (itu ada), ana sing/ wonten
ingkang (ada yang), titikanipun (ciri-cirinya) dan seterusnya. Berikut contoh
paragraf dengan pola pengembangan cara klasifikasi. Kanca-kancaku akeh lan
beda-beda sifate. Ana sing saben diwulang nangis, ana sing meneng wae, lan ana
kang senenge dolanan.(data No.5). „ Teman-teman saya banyak dan berbeda-beda
sifatnya. Ada yang setiap diajar menangis, ada yang diam saja, dan ada yang
sukanya bermainmain., Kalimat “Kanca-kancaku akeh lan beda-beda sifate”
merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat
selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf klasifikasi
ini yaitu adanya kata ana sing.
Sumber
:
eprints.uny.ac.id/8200/3/BAB%202-07205244110.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar