Senin, 14 April 2014

TEORI TENTANG PERBEDAAN KARANGAN

Tugas Softskill Pertemuan ke 2
NAMA                          : LAILA OKTAVIA
NPM                             : 18211339
KELAS                        : 3EA17
MATA KULIAH        : BAHASA INDONESIA

TEORI TENTANG PERBEDAAN KARANGAN

1.         Karangan
1.1       Pengertian Karangan
Pada umumnya, karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atas kegiatan komunikatif antara penulis dan pembaca berdasarkan teks yang telah dihasilkan (Ahmadi, 1988: 20). Begitu juga istilah karangan (komposisi) yang dikemukakan Ahmadi (1990: 1) bahwa karangan diartikan sebagai rangkaian katakata atau kalimat. Selain itu, karangan menurut Gie (1995: 17) memiliki pengertian hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Sirait, dkk (1985: 1) memberi batasan pengertian karangan yaitu setiap tulisan yang diorganisasikan yang mengandung isi dan ditulis untuk suatu tujuan tertentu biasanya berupa tugas di kelas. Widyamartaya (1990) mengatakan bahwa mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh pengarang. Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh. Menurut Keraf (1994: 2) karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya.
1.2       Ciri-Ciri Karangan yang Baik
Pada dasarnya, karangan memiliki ciri-ciri yang bisa mengidentifikasikan bahwa karangan tersebut dapat dikatakan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (1985:6) karangan yang baik adalah karangan yang mencerminkan kemampuan pengarang untuk menggunakan nada yang serasi, karangan yang mencerminkan pengarang mampu menyusun karangan secara utuh dan tidak samar-samar dan dapat meyakinkan pembaca. Menurut Enre (1998:8) karangan yang baik adalah karangan yang bermakna jelas, bulat dan utuh, ekonomis dan memenuhi kaidah-kaidah gramatikal. Akhidiah, dkk (1993:9) menjelaskan karangan yang baik memiliki beberapa ciri, diantaranya : bermakna jelas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, memiliki kaidah kebahasaan dan komunikatif. Selain itu, Darmadi (1996:24) mengungkapkan bahwa beberapa ciri karangan yang baikadalah : signifikan, jelas, memiliki kesatuan dan mengorganisasikan yang baik ekonomis, mempunyai pengembangan yang memadai, menggunakan bahasa yang dapat diterima dan mempunyai kekuatan.
Berdasarkan pendapat di atas, terdapat beberapa persamaan ciri karangan yang baik yaitu, sebagai berikut :
a.       Jelas
Aspek kejelasan dalam suatu karangan sangat diperlukan agar karangan tersebut lebih mudah dipahami dan jelas untuk dibaca oleh pembacanya.
b.      Kesatuan dan Organisasi
Aspek kesatuan yang baik tampak pada setiap kalimat penjelas yang logis dan mendukung ide utama paragraf, sedangkan aspek organisasi yang baik tampak dari posisi kalimat yang tepat pada tempatnya dengan kata lain kalimat tersebut tersusun dengan urut dan logis.
c.       Ekonomis
Ciri ekonomis berkaitan erat dengan soal keefisienan, baik waktu maupun tenaga. Kedua keefisienan itu sangat diperlukan oleh pembaca di dalam menangkap isi yang terkandung dalam sebuah karangan.
d.       Pemakaian Bahasa yang Dapat Diterima
Pemakaian bahasa yang dapat diterima akan sangat mempengaruhi tingkat kejelasan karangan. Pemakaian bahasa ini menyangkut banyak aspek. Pemakaian bahasa dalam suatu karangan harus mengikuti kaidah bahasa yang ada, baik menyangkut kaidah pembentukan kalimat (sintaksis), kaidah pembentukan kata (morfologi), kaidah ejaan yang berlaku, kaidah peristilahan maupun kaidahkaidah yang lain yang relevan.
1.3.      Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap (Keraf, 1994: 149). Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk karangan itu menjadi karangan yang teratur dan sistematis. Maka, sebelum membuat karangan lebih baik dibuat susunan-susunan yang dapat memudahkan dalam mengembangkan karangan tersebut. Susunan-susunan tersebut dapat dikatakan sebagai kerangka karangan.
Adapun langkah-langkah untuk menyusun karangan tersebut, yaitu sebagai
berikut.
1.         Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan, cakupannya lebih besar dan menyangkut pada permasalahan yang diangkat. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan, dan lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2.         Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan seperti mengumpulkan ide dan inovasi. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara sesuai dengan tujuan penulisannya.
3.         Menyeleksi bahan
Setelah ada bahan maka perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi bahan yang telah dikumpulkandengan teliti dan sistematis.
4.         Membuat kerangka karangan
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan:
a.         Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b.         Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c.         Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan:
a.         Mencatat gagasan
b.         Mengatur urutan gagasan
c.         Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d.         Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
5.         Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung pada materi yang hendak ditulis. Pengembangan karangan juga jangan menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat.
1.4       Jenis Karangan
Karangan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Menurut Hastuti, dkk (1993: 107) karangan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Penjelasan tiap-tiap karangan tersebut sebagai berikut :
a.         Narasi
Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian,
tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya bersifat naratif. Contoh jenis karangan ini adalah biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen.
B.        Deskripsi
Deskripsi adalah suatu karangan atau uraian yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret. Contoh karangan jenis ini adalah karangan tentang peristiwa runtuhnya gedung, yang dilengkapi dengan gambaran lahiriah gedung itu, sebab-sebab keruntuhan, letak gedung, arsitekturnya, bagian mana yang runtuh, dan sebagainya.
c.         Eksposisi
Eksposisi adalah suatu karangan yang menjelaskan pokok masalah yang disertai bertambah pengetahuannya terhadap masalah yang diungkapkan. Contoh karangan jenis ini adalah artikel-artikel dalam surat kabar atau majalah dan tulisan-tulisan ilmiah.
d.         Argumentasi
Argumentasi dalam suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan mengenai suatu hal dengan pembuktian-pembuktian untuk mempengaruhi pembaca agar mengubah sikap merekan dan menyesuaikan dengan sikap penulis. Ciri-ciri argumentasi adalah mengandung kebenaran dan pembuktian yang kuat, menggunakan bahasa denotative, analisis rasional, alasan kuat dan bertujuan supaya pembaca menerima pendapatnya. Contoh jenis karangan ini adalah kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan pengangkatan, pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang.
e.               Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan yang isinya bertujuan membujuk, merayu, atau mengajak pihak pembaca agar mengikuti apa yang dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah uraian tentang penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain.
2.         Karangan Narasi
2.1       Pengertian Karangan Narasi
Karangan menurut (Gie, 1995 : 17) memiliki pengertian bahwa karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca. Sedangkan menurut Keraf (1994 : 2) karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata-kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.
Karangan terdiri dari beberapa paragraf yang masing-masing berisi pikiran-pikiran utama dan kemudian diikuti dengan pikiran penjelas (Widjono, 2007: 175). Maka, karangan merupakan hasil gagasan yang dituangkan dalam bentuk bahasa tulis berupa beberapa kalimat yang membentuk paragraf yang dapat dibaca dan dipahami pembaca. Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangakaian kejadian, tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya bersifat naratif.
Contoh jenis karangan ini biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu  kejadian seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Apa yang terjadi tidak lain tindak tanduk yang dilakukan orangorangdalam suatu rangkaian waktu. Narasi lebih mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu (Keraf, 2001: 137).
Marahimin (1994: 93) dalam bukunya yang berjudul Menulis secara populer mendefinisikan narasi sebagai berikut. Narasi adalah cerita. Cerita ini berdasarkan pada urut-urutan suatu (atau rangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian ini ada tokoh (beberapa tokoh) dan tokoh ini mengalami dengan menghadapi suatu (serangkaian) konflik dengan tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur. Berdasarkan beberapa pendapat di atas antara pendapat satu dengan pendapat yang lain berbeda. Namun, dari semua pendapat tersebut di atas mengarah pada satu pengertian yaitu bahwa dalam karangan narasi terdapat adanya peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu. Disimpulkan bahwa bahwa karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa secara runtut.
3.         Paragraf
3.1       Pengertian Paragraf
Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Selain itu, paragraf adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan.
Menurut Alek, dkk (2010), paragraf memiliki beberapa pengertian yaitu sebagai berikut.
(1) paragraf ialah karangan mini, (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu, (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya, dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan.
Widjono (2007) menjelaskan bahwa paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun secara lengkap, utuh, dan padu. Selain itu paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
Enre (1998: 44) juga menjelaskan bahwa paragraf pada dasarnya adalah wujud pembagian secara lahiriah dalam kerangka organisasisuatu tulisan yang mempunyai ciri-ciri kesatuan, ketergantungan, dan penekanan. Ia dapat pula dipandang sebagai satu kalimat yang diperluas. Paragraf adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Setiap paragraf hanya berisi satu pikiran, gagasan atau tema yang direalisasikan berupa satu kalimat dan beberapa kalimat penjelas. Ramlan (1993: 1) menjelaskan bahwa paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan. Maka paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat).
3.2       Syarat Paragraf yang Baik
Suatu paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik apabila paragraf tersebut memiliki tiga syarat. Syarat yang pertama adalah kesatuan yaitu semua kalimat yang membina paragraf secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu. Syarat yang kedua adalah koherensi yaitu kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf. Syarat yang ketiga yaitu perkembangan paragraf yaitu penyusunan atau perincian-perincian gagasan yang membina sebuah paragraf. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtutan yang jelas.
Darmadi (1996: 78), menyebutkan bahwa paragraf yang baik memiliki syarat kesatuan (unity), kelengkapan (completness), koherensi (coherence), dan urutan pikiran (order). Menurut Sakri (1992) sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya dapat memenuhi tiga sifat, yaitu, sebagai berikut. (1) memiliki kesatuan, artinya seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan saja, (2) memiliki kesetalian, artinya kalimat di dalamya berhubungan satu sama lain, dan (3) memiliki isi yang memadai, yaitu memiliki sejumlah rincian sebagai pendukung gagasan utamanya.
Wedhawati, dkk ( 2006: 604) menjelaskan bahwa paragraf yang baik harus memiliki kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koherensi). Menurut Widjono (2007: 180) menyebutkan bahwa paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.
Alek (2010) juga menyatakan kohesi dan koherensi yang menjadi syarat adanya  penulisan paragraf yang baik.
a.         Kesatuan (kohesi)
Kesatuan atau kohesi ini berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Pad a satu paragraf bisa saja mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesi jika kata-kata yang digunakan tidak padu. Kriteria kesatuan atau kohesi ini menyangkut keeratan hubungan makna antar gagasan dalam sebuah paragraf. Sebagai satu kesatuan gagasan sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Oleh karena itu, rangkaian kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan satu gagasan utama.
Kesatuan paragraf juga harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu, untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Paragraf dapat berupa beberapa kalimat, tetapi seluruhnya harus merupakan kesatuan. Tidak satu kalimatpun yang sumbang yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Apabila dalam satu paragraf terdapat dua gagasan utama atau lebih, tiap-tiap gagasan utama itu seharusnya dituangkan dalam paragraf yang berbeda. Sebaliknya, jika dua buah paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, kedua paragraf itu seharusnya digabungkan menjadi satu.
Berdasarkan penandanya, kohesi dibedakan menjadi dua, yaitu (1) kohesi gramatikal dan (2) kohesi leksikal. Kohesi gramatikal adalah hubungan antarsatuan bahasa pembentuk teks dengan penanda satuan gramatikal tertentu. Kohesi leksikal adalah hubungan antarsatuan bahasa secara semantik leksikal di dalam teks yang sama. Berikut ini contoh paragraf yang memiliki penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi dan penanda kohesi leksikal berupa repetisi. Ing sawijining dina,wonten kerajaan kang makmur. Rajanipun adil lan wicaksana. Raja iku nduweni putri kang ayu sanget, asmane Putri Kirana ananging, putri menika kesepian amarga boten wonten kanca. Saben dina putri menika dolane ana ing alas kang cedhak karo kerajaane.(data no. “Pada suatu hari, ada kerajaan yang makmur. Rajanya adil dan bijaksana. Raja tersebut memiliki putri yang cantik sekali, namanya Putri Kiranatetapi, putri itu kesepian karena tidak memiliki teman. Setiap hari putri itu bermain di hutan yang dekat dengan kerajaannya.”
Kata amarga pada paragraf di atas, merupakan konjungsi yang memilikiarti sebab-akibat. Pada kalimat putri menika kesepian merupakan akibat, sedangkan kalimat boten wonten kanca merupakan sebabnya. Kata putri menika merupakan repetisi (pengulangan bunyi) yang terjadi pada paragraf di atas.
b.         Kepaduan (koherensi)
Kriteria kepaduan menyangkut keeratan hubungan antarkalimat dalam paragraf dari segi makna dan proposisi. Sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah paragraf harus memperlihatkan kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin di dalamnya. Oleh karena itu, kepaduan paragraf dapat diketahui susunan kalimat yang sistematis, logis, dan mudah dipahami. Kepaduan semacam itu dapat dicapai jika kalimat-kalimat dalam paragraf yang berupa penggantian, pengulangan, penghubung antarkalimat atau gabungan dari ketiganya. Maka suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimatkalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satupun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Koherensi merupakan kekompakkan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk paragraf. Kepaduan (koherensi) membuat karangan terpadu, konsisten, dan terpahami. Kepaduan itu tercapai jika ada jalinan dan ada peralihan yang jelas di antara kalimat dan perenggangan. Ada empat macam cara untuk membangun kepaduan pada suatu paragraf, yaitu dengan (1) pengulangan kata kunci, (2) kata ganti, (3) kata transisi, dan (4) bentuk paralel. Berikut ini contoh paragraf yang memiliki kepaduan. Nalika jaman mbiyen aku sekolah TK ana ing TK Aisyah II Kebumen. Ing kana aku duwe kanca-kanca akeh banget. Ana sing apikan nanging ana sing nakal. Aku sering nangis yen ana kanca sing seneng nakal lan jail. Nanging ana kancaku sing apikan lan kanthi saiki. Kancaku kuwi sing paling cedhak karo aku. Kawit sekolah TK, SD, SMP mesthi bareng terus. Dadi, wis kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak. „Saat jaman dahulu saya sekolah TK di TK Aisyah II Kebumen. Disana saya mempunyai teman-teman banyak sekali. Ada yang baik tetapi ada yang nakal. Saya sering menangis jika ada teman yang suka nakal dan jahil. Tetapi, ada temanku yang baik dan sampai sekarang. Temanku itu yang paling dekat dengan saya. Mulai dari sekolah TK, SD, SMP pasti selalu bersama. Jadi, sudah seperti saudara sendiri karena sudah dekat.‟ (data no 1 dan 2)
Pada paragraf di atas, memiliki kepaduan yang berupa kata ganti yaitu pada kalimat ana kancaku sing apikan lan kanthi saiki dan kancaku kuwi. Selain itu, pada paragraf di atas memiliki satu ide pokok atau gagasan yaitu, membahas tentang teman yang dekat dari sekolah TK, SD, SMP. 21
3.3       Macam- Macam Paragraf
Paragraf isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang khas, antara paragraf satu dengan yang lain harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis. Maka, perlu diketahui dimana letak paragraf sesuai dengan sifat dan tujuan dari si penulis untuk menuangkan pokok pikirannya. Menurut Rahardi (2009: 167) macam- macam paragraf dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu sebagai berikut.
a.         Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka disebut juga dengan paragraf pengantar, karena paragraf pembuka ini berfungsi untuk membuka dan mengantarkan pembaca agar dapat memasuki paragraf-paragraf pengembang yang akan dihadirkan kemudian. Dengan kata lain, paragraf ini membuka suatu karangan sekaligus menghantarkan pada pokok pikirannya. Paragraf pembuka hendaknya dibuat semenarik mungkin agar bisa memikat pembaca untuk meneruskan masuk ke paragraf berikutnya. Penanda suatu paragraf pembuka yang baik, yaitu sebagai berikut.
1)         Kutipan, peribahasa, anekdot
2)         Pokok pembicaraan
3)         Pendapat atau pernyataan seseorang
4)         Uraian tentang pengalaman pribadi
5)         Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6)         Sebuah pertanyaan
Berikut ini contoh paragraf pembuka tentang uraian pengalaman pribadi penulis pada karangan narasi. Nalika jaman mbiyen aku sekolah TK ana ing TK Aisyah II Kebumen. Ing kana aku duwe kanca-kanca akeh banget. Ana sing apikan nanging ana sing nakal. Aku sering nangis yen ana kanca sing seneng nakal lan jail. Nanging ana kancaku sing apikan lan kanthi saiki. (data no. 1). „Saat jaman dahulu saya sekolah TK di TK Aisyah II Kebumen. Disana saya mempunyai teman-teman banyak sekali. Ada yang baik tetapi ada yang nakal. Saya sering menangis jika ada teman yang suka nakal dan jail. Tetapi ada temanku yang baik dan sampai sekarang.‟
b.         Paragraf Isi (Pokok)
Paragraf isi (pokok) disebut juga dengan paragraf peralihan, karena paragraf ini berfungsi untuk menghubungkan antarparagraf utama dan memudahkan pikiran pembaca beralih ke gagasan lain. Paragraf pengembang ini mengemukakan permasalahan yang hendak dikemukakan di dalam suatu karangan. Paragraf ini terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup, serta jumlah paragraf ini tidak ada batasan. Yang menjadi ukuran dari paragraf ini ,yaitu sebagai berikut.
1)         Menguraikan, mendeskripsikan, membandingkan, mengontraskan, menjelaskan, memaparkan, menceritakan ide pokok karangan.
2)         Menolak konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan berupa alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan, dan sebagainya.
3)         Mendukung konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan berupa alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan, dan sebagainya. Berikut ini contoh paragraf penghubung pada karangan narasi. Kancaku kuwi sing paling cedhak karo aku. Kawit sekolah TK, SD, SMP mesthi bareng terus. Dadi, wis kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak. (data No.2). „Temanku itu yang paling dekat dengan saya. Mulai dari sekolah TK, SD, SMP pasti selalu bersama. Jadi, sudah seperti saudara sendiri karena sudah dekat.‟
c.         Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri suatu karangan. Bisa dikatakan bahwa paragraf ini merupakan kesimpulan atau penegasan kembali pemaparan yang disajikan sebelumnya. Paragraf ini bisa juga berisi rangkuman dari dari hal-hal pokok yang dipaparkan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Penanda dari paragraf penutup, yaitu sebagai berikut.
1)         Menegaskan kembali ide pokok karangan dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
2)         Meringkas atau merangkum hal-hal penting yang telah disampaikan dalam karangan
3)         Memberikan kesimpulan, saran, dan/atau proyeksi ke depan
Berikut ini contoh paragraf penghubung pada karangan narasi.
Anggone crita-crita ya karo bocah kuwi sing kepenak. Menawa ana masalah dadi bisa saling mengerteni lan mbantu. Nalika saiki SMA ora bareng aku tetep cedhak lan sering dolan bareng njaga komunikasi lan silaturahmi. (data No.3). „Untuk cerita-cerita ya dengan anak itu yang nyaman. Misalkan ada masalah jadi bisa saling mengerti dan membantu. Saat sekarang SMA tidak bersama, saya tetap dekat dan sering bermain bersama menjaga komunikasi dan silaturahmi.‟ 4. Macam-Macam Pola Pengembangan Paragraf Pola pengembangan merupakan bentuk pengembangan kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas. Dalam sebuah karya tulis paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara. Cara-cara atau teknik yang digunakan dalam pengembangan paragraf ini umumnya tergantung pada keluasan pandang atau pengalaman penulisan juga materi yang ditulis itu sendiri. Menurut Sakri (1992), yang dimaksud pola pengembangan paragraf ialah cara penulis merangkai informasi yang dikumpulkan menurut kerangka dan runtutan tertentu. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas yang mendukungnya. Jadi, satu paragraf idealnya hanya berisi satu gagasan pokok satu topik. Semua kalimat dalam suatu paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut. Unsur kelengkapan paragraf mengacu pada adanya pikiran utama yang berwujud kalimat utama dan pikiran penjelas yang berwujud kalimat-kalimat penjelas. Kalimatkalimat penjelas haruslah menunjang kejelasan kalimat utama.
Pola pengembangan paragraf ini dibagi menjadi 7 jenis oleh Alek, dkk (2010: 224), yaitu sebagai berikut.
1)         Cara Pertentangan
Pengembangan paragraf pertentangan adalah pengembangan paragraf yang berusaha memperjelas paparannya dengan mempertentangkan hal-hal yang dibicarakan. Dalam paragraf pertentangan melakukan proses argumentasi dengan penolakan. Ungkapan-ungkapan yang sering digunakan dalam paragraf pertentangan antara lain : beda karo (berbeda dengan/ bertentangan dengan) , ananging/ ning/ nanging (akan tetapi) dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara pertentangan. Nalika jaman mbiyen aku sekolah TK ana ing TK Aisyah II Kebumen. Ing kana aku duwe kanca-kanca akeh banget. Ana sing apikan nanging ana sing nakal. Aku sering nangis yen ana kanca sing seneng nakal lan jail. Nanging ana kancaku sing apikan lan kanthi saiki. (data No.1). „Saat jaman dahulu saya sekolah TK di TK Aisyah II Kebumen. Disana saya mempunyai teman-teman banyak sekali. Ada yang baik tetapi ada yang nakal. Saya sering menangis jika ada teman yang suka nakal dan jail. Tetapi ada temanku yang baik dan sampai sekarang.‟ Kalimat “aku duwe kanca-kanca akeh banget” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf pertentangan ini yaitu adanya kata nanging.
2)         Cara Perbandingan
Pengembangan paragraf perbandingan adalah paragraf yang berusaha memperjelas paparannya dengan membandingkan hal-hal yang dibicarakan. Dalam paragraf perbandingan dikemukakan persamaan dan perbedaan antara dua hal yang tingkatannya sama dan hal itu memiliki perbedaan dan persamaan. Ungkapan-ungkapan yang sering digunakan antara lain : podho karo (sama dengan/ serupa dengan), éwamengkana (meskipun demikian) éwadéné (meskipun), timbang/ tinimbang/ katimbang (daripada), dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara perbandingan. Bocah lima kuwi ora tau mbajuk karo wong tuane. Ewadene kulawarga mau uripe pas-pasan. Untung wae akeh tangga-tanggane padha apik karo kulawarga mau. Dadine akeh wong padha mbantu utawa padha melas karo kulawargane Pak Hadi. (data No.79). „Anak lima itu tidak pernah membantah kepada orang tuanya. Meskipun keluarga tadi hidupnya pas-pasan. Untung saja banyak tetangga yang baik kepada keluarga tadi. Jadinya banyak orang yang membantu atau kasihan pada keluarganya Pak Hadi.‟ Kalimat “Bocah lima kuwi ora tau mbajuk karo wong tuane” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf perbandingan ini yaitu adanya kata ewadene.
3)         Cara Analogi
Pengembangan paragraf analogi mengungkapkan perbandingan suatu objek dengan objek yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Paragraf analogi biasanya diungkapkan dengan kiasan. Kata yang digunakan yaitu : kaya (seperti), upama/ saumpama/ saumpami (seperti), kayata (seperti), kayané (sepertinya) dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara analogi. Selain upacara kang dianakake ing alun-alun Kebumen, upacara uga dianakake ing saben-saben sekolah kayata ing sekolahane Amad, Ima, lan Fajar. Ing acara HUT RI kang dianakake ing sekolahane Amad uga ana lomba-lomba kangge mriahaken acara HUT RI. Ana lomba cerdas cermat, lomba maca puisi, lan liya-liyane. (data No.17). „Selain upacara yang diadakan di alun-alun Kebumen, upacara juga diadakan di tiap-tiap sekolah seperti di sekolahannya Amad, Ima, dan ajar. Di acara HUT RI ada lomba cerdas cermat, lomba membaca puisi, dan lain-lainnya.‟
Kalimat “Selain upacara kang dianakake ing alun-alun Kebumen, upacara uga dianakake ing saben-saben sekolah” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf analogi ini yaitu adanya kata kayata.
4)         Cara Contoh-Contoh
Pengembangan paragraf contoh digunakan untuk memberi bukti atas penjelasan terhadap generalisasi yang bersifat umum, agar pembaca mudah memahami dan menerimanya. Kata yang digunakan seperti contoné (contohnya), tuladhane/ tuladhanipun (contohnya) dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara contoh-contoh.  Di hari minggu kemarin, saya dan teman saya pergi ke sawah mencari rumput untuk makanan peliharaan saya. Saya dan teman saya menyebar, yang akan dicari oleh saya dan teman saya contohnya kangkungkangkungan, krema, mbayung, dan lain-lainnya.‟ Kalimat “Ing dina minggu wingi, aku lan kancaku lunga meng sawah
5)         Cara Sebab Akibat
Dalam pengembangan paragraf sebab-akibat, sebab berfungsi sebagai pikiran utama dan akibat sebagai penjelas, atau sebaliknya akibat sebagai pikiran utama dan sebab sebagai penjelas. Ungkapan yang digunakan antara lain : kamangka (padahal), akibaté (akibatnya), akiré (akhirnya), amarga/ amargi/ awit  (karena), sebabé (sebabnya), dadi (jadi), sawisé (setelah), sadurungé (sebelum), lajêng (lalu), mula (maka) dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara sebab akibat. Kancaku kuwi sing paling cedhak karo aku. Kawit sekolah TK, SD, SMP mesthi bareng terus. Dadi, wis kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak. (data No.2). „Teman saya itu yang paling dekat dengan saya. Mulai sekola TK, SD, SMP pasti selalu bersama. Jadi, sudah seperti saudara sendiri karena sudah dekat.‟ Kalimat “wis kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf sebab akibat ini yaitu adanya kata dadi.
6)         Cara Definisi
Definisi adalah uraian pengertian. Pengembangan dengan definisi adalah suatu model pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara memberikan definisi atau pengertian terhadap masalah yang sedang dibahas. Kata yang dunakan adalah yaiku/ yakuwi (yaitu), inggih menika (adalah), kasêbut (disebut) dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara definisi. Jaman mbiyen sakdurunge sekolah SD, aku sekolah neng TK yaiku TK Tarbiatul Masyitoh, desa Trikarso. Wektu iku umurku nembe 5 setengah taun. (data No.4). „ Jaman dahulu sebelum sekolah SD, saya sekolah di TK yaitu TK Tarbiatul Masyitoh, desa Trikarso. Waktu itu umur saya 5 setengah tahun.‟ Kalimat “Jaman mbiyen sakdurunge sekolah SD, aku sekolah neng TK yaiku TK Tarbiatul Masyitoh, desa Trikarso” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf definisi ini yaitu adanya kata yaiku.
7)         Cara Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan sesuatu berdasarkan kesamaan dan perbedaan sifat, ciri, dan karakter. Pengembangan dengan cara mengklasifikasi atau mengelompokkan masalah yang dikemukakan. Dengan klasifikasi ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah memahami informasi yang disajikan. Kata yang digunakan adalah dipunpérang/ kapérang (dibagi), awit wontênipun (itu ada), ana sing/ wonten ingkang (ada yang), titikanipun (ciri-cirinya) dan seterusnya. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan cara klasifikasi. Kanca-kancaku akeh lan beda-beda sifate. Ana sing saben diwulang nangis, ana sing meneng wae, lan ana kang senenge dolanan.(data No.5). „ Teman-teman saya banyak dan berbeda-beda sifatnya. Ada yang setiap diajar menangis, ada yang diam saja, dan ada yang sukanya bermainmain., Kalimat “Kanca-kancaku akeh lan beda-beda sifate” merupakan ide pokok atau gagasan utama pada paragraf di atas, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelasnya. Penanda dari paragraf klasifikasi ini yaitu adanya kata ana sing.
Sumber :
eprints.uny.ac.id/8200/3/BAB%202-07205244110.pdf




Tidak ada komentar:

Posting Komentar