SOFTSKILL (TULISAN)
BAHASA INDONESIA 2
UNIVERSITAS GUNADARMA
LAILA OKTAVIA
(18211339)
3EA17
PEMAKAIAN METODE ILMIAH UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN – PERTANYAAN ILMIAH
Untuk mengetahui pemakaianmetode
ilmiah yang seperti apakah yang biasa digunakan untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan ilmiah, ada baiknya kita mengerti dahulu apakah yang dimaksud dengan
metode ilmiah dan bagaimanakah bentuk – bentuk pertanyaan ilmiah itu .
menggunakan metode ilmiah
dalam menjawab suatu pertanyaan. Metode ilmiah ini secara singkat berarti
membuat hipotesa, menguji hipotesa dengan mengumpulkan data untuk membuktikan/
menolak suatu teori, dan mengadakan eksperimen untuk menguji hipotesa tersebut.
Salah satu persoalan
mendasar dan menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dalam penelitian adalah
rumusan pertanyaan penelitian. Sebab, kualitas penelitian salah satunya
sangat ditentukan oleh bobot atau
kualitas pertanyaan yang diajukan. Tetapi kenyatannya berdasarkan pengalaman
mengajar matakuliah metodologi penelitian, membimbing dan menguji skripsi,
tesis, dan disertasi selama ini, masih terdapat banyak persoalan terkait
rumusan pertanyaan penelitian.
1.
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses
ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
A.
Unsur metode ilmiah
Unsur utama metode ilmiah
adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil
pengamatan dan
pengukuran)
3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
B. Adapun langkah-langkah metode ilmiah
adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah.
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan.
● Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui
metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini
kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat
tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian
menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin
memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya
sendiri belum dirumuskan?
● Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban
sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan
data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah,
perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu
mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat
melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh
karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir
ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
● Mengumpulkan Data
Pengumpulan data
merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
● Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan
sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang
telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti
tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti
harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf
signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan
terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi
berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu
sendiri.
● Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir
dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan
kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah
diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat
deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis
data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap
cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan
temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.
2.
Pertanyaan – Pertanyan Ilmiah
Banyak pertanyaan yang
diajukan tidak jelas dan tidak layak sebagai pertanyaan penelitian. Terkesan
remeh dan tidak menarik, sehingga membuat orang tidak tertarik membacanya.
Betapapun menariknya tema atau topik yang akan diteliti, tetapi jika
pertanyaannya tidak dirumuskan dengan
baik, penelitian tersebut tidak menarik minat orang. Jika ini terjadi, hasil
penelitian tidak banyak memberikan nilai guna karena tidak dibaca orang.
Padahal, salah satu syarat penelitian yang baik adalah memberikan nilai guna,
baik secara teoretik maupun praktis.
Selain itu, sering
terjadi tumpang tindih antara pertanyaan untuk metode penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif. Padahal,
masing-masing berbeda secara tajam, mulai paradigma yang melandasi kedua metode
tersebut, tujuan, hakikat realitas, cara perolehan data, analisis data, hingga
temuan akhirnya. Karena itu, merumuskan masalah penelitian harus cermat dan
hati-hati serta tidak sekali jadi. diperlukan waktu untuk merenungkannya
sehingga terwujud rumusan pertanyaan penelitian yang memenuhi syarat ilmiah
yang baik. setiap kata dalam rumusan masalah berimplikasi sangat luas, baik
secara substantif, teoretik maupun metodologis. Karena itu, ia harus jelas, tidak saja bagi peneliti sendiri
tetapi juga bagi pembacanya. Berikut
penjelasan ringkasnya yang disari dari berbagai sumber.
A. Syarat Pertanyaan
Penelitian
Pada hakikatnya pertanyaan
penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya terjadi
(prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what
is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
3. Apa yang diharapkan (what
is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)
B.
Pertanyaan penelitian selalu
diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai fenomena atau
gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai masalah
penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat
sebagai masalah penelitian.
Berdasarkan kajian
referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
1) Tersedia data atau
informasi untuk menjawabnya,
2) Data atau informasi
tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi,
kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3) Memenuhi persyaratan
orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the
arts),
4) Memberikan sumbangan
teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5) Menyangkut isu
kontroversial dan unik yang sedang hangat
terjadi,
6) Masalah tersebut memerlukan
jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat
luas, dan
7) Masalah itu diajukan
dalam batas minat
(bidang studi) dan kemampuan peneliti.
C.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas,
peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco
(2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:
1) Mengapa masalah tersebut
penting untuk diangkat,
2) Bagaimana kondisi sosial di
sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan
diteliti,
3) Proses apa yang sebenarnya
terjadi di sekitar peristiwa tersebut,
4) Perkembanghan atau
pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi
5) Apa manfaat penelitian
tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat secara luas di
masa yang akan datang.
D.
Dilihat dari jenis
pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall & Rossman
(2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi tiga macam pertanyaan, yaitu:
1) Deskriptif (yakni
mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan
menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian
kualitatif.
2) Eksploratoris (yakni untuk
memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan kata tanya
“bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
3) Eksplanatoris (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang
terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa
ada hubungan atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk
pertanyaan penelitian kuantitatif.
E. Contoh untuk
masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan deskriptif: Apa
aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam memajukan sekolah yang
dipimpinnya?
2. Pertanyaan eksploratif :
Bagaimana model kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dalam upaya memajukan
sekolah?
3. Pertanyaan eksplanatif:
Bagaimana pengaruh model kepemimpinan otoriter terhadap kepatuhan staf?
3.
Ciri Masalah Penelitian yang Baik
a.
Memiliki nilai kebaruan (novelty).
b.
Jawabannya penting untuk diketahui masyarakat
luas
c.
Memiliki nilai nilai guna atau manfaat.
d.
Fisibel, artinya terjangkau dari sisi
perolehan data, beaya, waktu, dan kualifikasi peneliti.
e.
Tidak bertentangan dengan norma atau nilai
yang ada di tempat penelitian dilakukan.
A. Sebagai tambahan wawasan perlu disajikan pula
tipe penelitain berdasarkan bidang kajian,
lokus, pemakaian, dan tujuan utama penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan bidang yang
dikaji: pendidikan, manajemen pendidikan, sejarah, bahasa, hukum, politik,
agama, politik dsb.,
2.
Berdasarkan lokus atau tempat
penelitian: lapangan, laboratorium, pustaka
3.
Berdasarkan pemakaian: dasar (basic) atau murni (pure) dan terapan (applied)
4.
Berdasarkan tujuan utama: deskriptif,
eksploratif, eksplanatif, verifikatif.
Paparan di atas tentu tentu belum cukup untuk dipakai sebagai modal
menyusun pertanyaan penelitian yang baik. Diperlukan pengalaman, kerja keras
dan semangat untuk terus menggali informasi dan pengetahuan terkait dengan
metodologi penelitian dari berbagai sumber dan forum-forum akademik seperti
seminar, lokakarya, konferensi, dan sejenisnya.
Daftar Pustaka :
Thomas
Armstrong. Buku Paduan Menuju Multipel Intelejensia Bagi Anak-anak.
Interaksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar