TUGAS
SOFTSKILL
BAHASA
INDONESIA 2
UNIVERSITAS
GUNADARMA
LAILA OKTAVIA
(18211339)
3EA17
TEORI –
TEORI TENTANG METODE ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH
A.
Metode ilmiah
●
PENGERTIAN
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific
method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen.
Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah.
● Unsur
metode ilmiah
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah
berikut:
1.
Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
2.
Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan
atas hasil pengamatan dan
pengukuran)
pengukuran)
3.
Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
4.
Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
●DNA/contoh
Setiap langkah diilustrasikan dengan contoh dari penemuan
struktur DNA:
1.
DNA/karakterisasi
2.
DNA/hipotesis
3.
DNA/prediksi
4.
DNA/eksperimen
Contoh tersebut dilanjutkan pada tahap "Evaluasi dan
pengulangan", yaitu DNA/pengulangan.
● Karakterisasi
Metode Ilmiah
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas
subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi
sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain
itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan
pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau
perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat
yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak
dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses
pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer,
spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan
erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah
biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau
dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan
regresi.
●DNA/karakterisasi
Sejarah penemuan struktur DNA merupakan contoh klasik dari
empat tahap metode ilmiah: pada tahun 1950 telah diketahui bahwa pewarisan
genetik memiliki deskripsi matematis, diawali oleh penelitian Gregor Mendel,
namun mekanisme gen tersebut belumlah diketahui dengan jelas. Para peneliti di
laboratorium William Lawrence Bragg di Universitas Cambridge membuat gambar-gambar
difraksi sinar-X atas berbagai macam molekul. Berdasarkan susunan kimianya,
dirasakan mungkin untuk mengkarakterisasikan struktur fisis DNA dengan gambar
sinar-X. Lihat: DNA 2
● Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas
subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi
sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain
itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan;
pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan
yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang
terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak
dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses
pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer,
spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan
erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah
biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau
dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan
regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian
hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan
melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur
● DNA/hipotesis
Sebagai contoh, dalam usaha untuk menentukan struktur DNA,
Francis Crick dan James Watson menghipotesiskan bahwa molekul tersebut memiliki
struktur heliks: dua spiral yang saling memilin. Linus Pauling yang baru akan
melakukan studi serius terhadap molekul tersebut menghipotesiskan struktur
heliks ganda tiga. Lihat: DNA 1|...DNA 3
●Prediksi
dari hipotesis
Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan
deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam
laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat
pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan
oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah
benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya
hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya
adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut
konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika
prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi
tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode
yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi
memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.
●DNA/prediksi
Setelah Watson dan Crick menghipotesiskan bahwa DNA merupakan
heliks ganda, Francis Crick memprediksikan bahwa gambar difraksi sinar-X DNA
akan menunjukkan suatu bentuk huruf X. Lihat: DNA 1 | ...DNA 4
● Eksperimen
Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan
eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis
yang sedang diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan
atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi,
maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu
diuji lebih lanjut. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu
hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut.
Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil
eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung
pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen
tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi
arkeologis. Eksperimen bahkan dapat berupa mengemudikan pesawat dari New York
ke Paris dalam rangka menguji hipotesis aerodinamisme yang digunakan untuk
membuat pesawat tersebut. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam
eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan
bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan
membantu dalam reproduksi eksperimen.
● DNA/eksperimen
Ketika James Watson meneliti apa yang telah ditemukan Rosalind
Franklin pada gambar difraksi sinar-X DNA buatannya, Watson melihat bentuk
huruf X yang telah diprediksikan Crick sebagai struktur heliks. Lihat: DNA 1 |
...DNA/pengulangan
● Evaluasi
dan pengulangan
Proses ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu
berulang. Pada langkah yang manapun, seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi
langkah yang lebih awal karena pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan untuk
membentuk hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang
subjek yang sedang dipelajari. Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam
menghasilkan prediksi yang menarik dan teruji dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian.
Ketidakberhasilan eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik dapat
membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang metode eksperimen tersebut, hipotesis
yang mendasarinya, atau bahkan definisi subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan
lain memulai penelitian mereka sendiri dan memasuki proses tersebut pada tahap
yang manapun. Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan
membentuk hipotesis mereka sendiri, atau mengadopsi hipotesis yang telah dibuat
dan mendeduksikan prediksi mereka sendiri. Sering kali eksperimen dalam proses
ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang membuat prediksi, dan karakterisasi
didasarkan pada eksperimen yang dilakukan oleh orang lain.
● DNA/pengulangan
Watson dapat mendeduksikan struktur utama DNA dengan
menggunakan model konkret bentuk fisik nukleotida yang menyusun DNA. Dia
menggunakan acuan panjang ikatan kimia yang telah dideduksikan oleh Linus
Pauling. Diawali dengan penemuan oleh James Watson dan Francis Crick tersebut,
lahirlah bidang ilmu baru: biologi molekular.
● Langkah-Langkah
Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan
berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam
pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan
terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan masalah.
2.
Merumuskan hipotesis.
3.
Mengumpulkan data.
4.
Menguji hipotesis.
5.
Merumuskan kesimpulan.
● Merumuskan
Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan
kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam
bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan
memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan
masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah
permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum
dirumuskan?
● Merumuskan
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang
masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam
metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting.
Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya
dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang
peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan
hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang
benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
● Mengumpulkan
Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari
tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan
data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan
pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung
pada data yang dikumpulkan.
● Menguji
Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban
sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada
hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau
langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan
hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
● Merumuskan
Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode
ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian
dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis
dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan
untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti
terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak
relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
B.
SIKAP ILMIAH
●
PENGERTIAN
Sikap Ilmiah menurut Mulyono, Anton yang dikutip oleh Suyitno,
Amin (1997: 2), sikap yang disiapkan bertindak untuk perbuatan yang berdasarkan
pada pendirian/ pendapat/keyakinan. Sedangkan Menurut Allen Ledward yang
dikutip Suyitno, Amin adalah “An attitude as degree of positive or negatif
affect associated with some pychological objects”. Dimana Sikap berkaitan
dengan obyek yang disertai dengan perasaan posititif (favourable) atau perasaan
negatif (unfavorable). Jadi sikap ilmiah adalah “ Scientific attitude” (Sikap
keilmuan).
-
Kurniadi (1988) dikutip dari pendapat M. O. Edward
yang merumuskan perilaku kreatif sikap ilmiah dari kata-kata ide (gagasan)
berikut :
I : Imagination (imajinasi).
D : Data (Fakta).
E : Evaluation (evaliuasi).
A : Action (tindakan).
Seorang yang kreatif adalah seseorang yang mampu mengumpulkan
data, berimajinasi dalam aksinya juga membuat evaluasi. Didalam jurnal yang
ditulis oleh S. Karim A. Karhami (2005).
● Sikap
ilmiah yang cenderung dikembangkan di berbagai sekolah adalah :
a. Curiosity (Sikap ingin tahu)
Ditandai dengan tingginya minat siswa. Di sini anak juga
sering mencoba pengalaman-pengalaman baru. Curiosity sering diawali dengan
pengajuan pertanyaan .
b. Flekxibility (Sikap luwes)
Sikap anak dalam memahami konsep baru, pengalaman baru, sesuai
dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan. Dan biasanya pemahaman ini berlangsung
secara bertahap.
c. Critical reflektion (sikap kritis)
Kebiasaan anak untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan
yang sudah dilakukan.
d. Sikap Jujur
Kejujuran siswa kepada diri sendiri dan orang lain dalam
menyelesaikan atau mencoba pengalaman yang baru.
Menurut Renzuli yang dikutip oleh Supriyadi, (1994: 224),
siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam
berfikir sehingga siswa akan termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki
komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan dan keunggulan.
● Dalam
penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus
ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
1) Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2) Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi
sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding
kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan
sebagainya.
3) Sikap Obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa
adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4) Sikap Ingin
Menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan
menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif. Selalu
memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5) Sikap Menghargai
Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan
menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang
disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan
kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin
diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan
pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada
akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut
tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
makasih mba :)
BalasHapussangat membantu :)